Laman

Sabtu, 02 April 2022

Menyambut Datangnya Bulan Suci Ramadhan Rakyat Di Kota Semarang Mengadakan Festival Warak Ngendhog


Warak ngendhog (ꦮꦫꦏ꧀ꦔꦼꦤ꧀ꦝꦺꦴꦒ꧀) adalah wujud yang selalu muncul dalam perayaan Dugderan. Dugderan adalah suatu festival rakyat di Kota Semarang, Jawa Tengah yang diadakan untuk menyambut dan memeriahkan datangnya bulan Ramadhan, sekaligus sebagai upaya dakwah.

Kata 'warak' berasal dari bahasa Jawa yang bermakna 'hewan badak'. Kendati demikian ada pendapat lain mengatakan, bahwa 'warak' berasal dari bahasa Arab yang bermakna 'suci'. Dan ngěndhog (bertelur) melambangkan hasil pahala yang didapat seseorang setelah menjalani proses penyucian. Secara harfiah warak ngěndhog dapat diartikan: siapa saja yang menjaga kesucian di bulan Ramadhan, kelak di akhir bulan akan menerima pahala pada hari kemenangan.
Warak ngěndhog ini wujudnya merupakan akulturasi dari berbagai golongan etnik di Semarang yaitu etnik Jawa, Tionghoa, dan Arab. Wujud kepalanya menyerupai kepala naga merupakan pengaruh budaya dari etnik Tionghoa, sedangkan tubuhnya berambut ikal-keriting ataupun lurus-berjumbai seperti rambut unta menunjukkan pengaruh budaya dari etnik Arab, kemudian keempat kakinya menyerupai kaki kambing mewakili pengaruh budaya etnik Jawa. Konon ciri khas bentuk warak ngěndhog yang lěmpěng (lurus) ini mengandung arti filosofis mendalam. Bentuk lěmpěng itu menggambarkan citra warga Semarang yang terbuka lurus dan berbicara blak-blakan apa adanya.

Di muka telah disebutkan, bahwa kehadiran warak ngěndhog berkaitan erat dengan Festival Dugderan. Konon yang pertama kali menggelar Dugderan adalah Bupati Semarang Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat pada tahun 1881. Istilah Dugderan berasal dari "dug dug dug" suara bedug yang ditabuh dan "der der der" dari suara meriam yang dulunya digunakan sebagai penanda dimulainya awal bulan Ramadhan.

Dua sejarawan Semarang Liem Thian Joe dan Amen Budiman dalam buku-buku mereka, tidak pernah menyebut siapa pencipta warak ngěndhog dan kapan waktu penciptaannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Amen Budiman, diperkirakan wujud rekaan yang menjadi maskot acara itu mulai dikenal masyarakat pada akhir abad ke-19. Asumsinya ini dilihat dari kemunculan mainan warak ngěndhog dalam setiap perayaan měgěngan atau Dugderan. 
Dalam Festival Dugderan warak ngěndhog yang berwarna-warni ditampilkan bersama para penari. Penari-penari dari perwakilan tiap wilayah Kota Semarang yang menggotong warak ngěndhog juga mengenakan warna-warni busana tradisional Semarang.

Setelah upacara selesai, warak ngěndhog dan rombongan penari serta para warga yang mengikuti karnaval ikut arak-arakan dengan berjalan kaki menyusuri bagian tengah Kota Semarang dan berhenti di masjid tertua di Semarang, yakni Masjid Kauman Semarang.

Warak ngěndhog sebagai simbol kerukunan tiga etnik di Semarang dijadikan monumen di salah satu taman di Jalan Pandanaran. Lokasi tepatnya di pertigaan antara Jalan Pandanaran, Jalan MH. Thamrin, dan Jalan Mugassari, Semarang Selatan, Kota Semarang. (RED)

PELEPASAN JENAZAH PERSONEL TNI KORBAN PEMBUNUHAN SADIS DI YALIMO, DI PIMPIN DANREM 172/PWY



Media Rakyat, - Sentani – Komandan Korem (Danrem) 172/PWY Brigjen TNI Izak Pangemanan memimpin upacara pengantaran jenazah Personel Koramil Elelim Sertu Eka Andrianto Hasugian dan Istrinya Putri Sri Lestari korban pembunuhan orang tak dikenal di Yalimo, yang berlangsung di halaman Kantor Air Nav Bandara Sentani Kab. Jayapura, Jum’at (1/4).

Jenazah kedua korban akan diterbangkan ke kampung halamannya di Sidoarjo, Jawa Timur, menggunakan pesawat Citilink QG 352.
Danrem 172/PWY saat ditemui menyampaikan bahwa pihaknya beserta seluruh prajurit Korem 172/PWY mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya salah satu prajurit terbaik TNI AD, semoga amal ibadah Almarhum beserta istri diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa.

Danrem mengaku mengutuk keras kejadian tersebut yang dilakukan oleh sekelompok orang tak dikenal yang mengakibatkan Babinsa Pos Koramil Yalimo Sertu Eka dan istrinya yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan atau tepatnya Bidan di Puskesmas Elelim tewas, pada Kamis (31/3). 
Pihaknya menduga bahwa para pelaku bukanlah masyarakat Yalimo, sebab selama ini seluruh komponen masyarakat di Kab. Yalimo bahkan masyarakat adat telah sepakat agar di Yalimo tidak boleh ada pertumpahan darah. 

Hal tersebut dibuktikan pada pelaksanaan event besar seperti PSU Yalimo yang dilakukan beberapa kali dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa adanya pertumpahan darah, sehingga kejadian ini mencoreng komitmen masyarakat di Kab. Yalimo. Untuk itu, saat ini tokoh adat, tokoh agama dan seluruh komponen masyarakat di Kab. Yalimo mendukung dan akan membantu mencari para pelaku untuk diserahkan kepada pihak kepolisian agar diproses secara hukum.
Danrem menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk melindungi dan membantu tenaga kesehatan, sebab tenaga kesehatan sangat dibutuhkan di Papua. Begitu sulit mencari tenaga kesehatan yang mau bertugas di pedalaman Papua akibat dari kejadian-kejadian yang terjadi dimana tenaga kesehatan dibunuh dan menjadi korban kekerasan. 

Hal ini menjadi tanggung jawab kita semua untuk membantu dan menjaga serta melindungi mereka. Kehadiran mereka juga jangan dikaitkan-kaitkan dengan politik, jangan dikaitkan dengan operasi militer atau mengganggap mereka mata-mata TNI, mereka hadir murni untuk membantu masyarakat tanpa memandang apapun, semua masyarakat Papua akan dilayani.

Demikian juga dengan TNI, TNI datang ke tanah Papua tidak untuk bermusuhan dengan saudara kita yang masih bersebrangan atau dengan siapa saja, TNI datang untuk seluruh masyarakat papua, datang untuk membantu pembangunan di daerah ini dan membantu menciptakan damai di tanah ini.

Perlu diketahui, penyerangan terhadap Sertu Eka dan istrinya terjadi saat kedua korban tengah berada di ruko miliknya yang berada di Elelim. Dalam kejadian tersebut Sertu Eka tewas di tempat dengan luka tembak. Sedangkan istrinya kehilangan nyawa akibat dianiaya menggunakan benda tajam.

Tak hanya itu, anak pasangan suami istri tersebut, Elvano Putra juga turut menjadi korban. Balita berusia 2,5 tahun itu dilaporkan dua jarinya putus akibat terkena tebasan senjata tajam saat berada dalam gendongan ibunya. Sertu Eka meninggalkan 2 orang anak yang berumur 4 tahun dan 2,5 tahun. (RED)

Kenaikan Pangkat Merupakan Wujud Penghargaan dari Pimpinan, Danlanud Hang Nadim


Media Rakyat, ~ BATAM - Upacara kenaikan pangkat periode 1 april 2022 dilaksanakan di lapangan apel Lanud Hang Nadim, Bertindak selaku inspektur upacara Komandan Lanud Hang Nadim letkol Pnb Iwan setiawan, S.A.P., yang diikuti oleh seluruh personel Lanud Hang Nadim  baik Perwira, Bintara dan Tamtama. Jumat (01/04/2022).

Dalam sambutannya, Danlanud mengucapkan selamat kepada para personel yang mendapatkan promosi kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi, dengan harapan kenaikan pangkat ini dapat di jadikan pendorong semangat untuk menyongsong tantangan tugas di masa mendatang yang semakin berat dan komplek.
“Kenaikan pangkat merupakan wujud penghargaan dan pengakuan dari pimpinan atas prestasi, dedikasi dan kerja keras yang telah ditunjukkan setiap prajurit dan pegawai negeri sipil, selama bertugas dalam periode tertentu yang didasarkan pada hasil penilaian dari pimpinan, sehingga pantas untuk mendapatkan penghargaan berupa promosi kenaikan pangkat, satu tingkat lebih tinggi dari pangkat semula,” kata Danlanud Hang Nadim Batam.

Para personel Lanud Hang Nadim yang mendapat kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi pada periode 1 april 2022 kali ini sebanyak 9 personel yang terdiri yang terdiri dari 1 perwira, 7 Bintara dan 1 Tamtama.
Dan dilanjutkan dengan acara tambahan yaitu tradisi penyiraman air kembang oleh Danlanud diikuti para Kadis dan perwira lainnya kepada seluruh personel yang naik pangkat. Serta diakhiri dengan acara ramah tamah syukuran di kantin Sky Café Lanud Hang Nadim. (RED)