Malang Media Rakyat
Kemndikbud memprogramkan penghapusan Ujian
Nasional (UN) di tingkatan Sekolah Dasar (SD). Hal tersebut untuk mendukung
suksesnya program pendidikan dasar 9 tahun serta wajib belajar 12 tahun. Alasan
lain diluncurkannya wacana ini, karena dirasa pelaksanaan UN tidak begiru
berpengaruh besar pada siswa.Sehingga, dengan dihapusnya UN di tingkat SD,
nantinya minimal program pendidikan dasar 9 tahun dapat terealisasi dengan
baik, karena siswa bisa secara otomatis melanjutkan pendidikannya ke tingkat
SLTP. Pemerintah dalam hal ini mempunyai peranan besar untuk turut mencerdaskan
anak bangsa.Menanggapi program Kemendikbud RI yang rencananya akan diberlakukan
pada 2014 mendatang, ketua komisi D Fransiska Rahayu sangat setuju dan
mendukung salah satu program Kemendikbud itu."Kemendikbud tentunya sudah
mempunyai berbagai pertimbangan dan alasan sebelum mewacanakan
penghapusan UN SD tersebut," ujar perempuan berkacamata itu, Senin
Kalau segala sesuatunya sudah siap dan matang, kata Fransiska, minimal
pendidikan dasar sembilan tahun harus diprioritaskan dan segera dituntaskan
secepatnya. "Di tahun 2013 ini setidaknya pendidikan dasar 9 tahun harus
sudah selesai, dan tidak ada lagi istilah, anak bangsa yang tidak mendapat pendidikan
yang layak. Pendidikan merupakan hak dasar setiap warga negara yang dalam
pemenuhannya tidak bisa dihalangi siapapun juga," sambungnyaLebih jauh,
politisi Partai Demokrat itu menyampaikan bahwa, UN merupakan salah satu
kendala/penghambat bagi siswa, khususnya di level pendidikan dasar, dan di
dunia pendidikan kita pada umumnya. "Saya sepakat kalau UN SD dihapuskan.
Karena adanya UN tersebut tidak terlalu terasa keberadaannya, dan justru akan
menambah beban bagi siswa," tambahnya.Saat ditanya apakah nantinya siswa
SD akan mengabaikan belajarnya, karena mereka sudah bisa dipastikan lulus dan
bisa melanjutkan ke SLTP, Fransiska mengaku jika semua itu tergantung pada guru
dan peserta didiknya. "Image seperti itu tidak boleh ada pada siswa. Meski
mereka bisa dipastikan lulus, apabila nilai mata pelajarannya banyak yang
anjlok, maka yang bersangkutan juga akan kesulitan mencari/mendaftar di sekolah
favorit," paparnya. "Begitu juga dengan guru yang harus
mendorong dan memberikan motivasi belajar yang tinggi kepada setiap siswanya.
Dengan demikian, nantinya akan melahirkan lulusan yang tidak asal-asalan. Semua
bisa saja meraih predikat lulus. Akan tetapi, dari status lulus tersebut, kita
harus selektif, apakah lulus dengan memuaskan, biasa-biasa saja atau bahkan
kurang memuaskan. Hal itulah yang harus jadi bahan pemikiran bagi guru dan
siswa," pungkas Fransiska.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar