Laman

Jumat, 06 Desember 2013

Kelurahan Yang Masih Bernuansa Pedesaan



Malang Media Rakyat
Kelurahan yang satu ini memang masih ingin mempertahankan kekayaan budaya Jawa. Seperti yang dilangsungkan kemarin malam (3/12), kelurahan yang berada disebelah utara pasar Kepanjen ini juga mengadakan bersih desa layaknya sebuah desa-desa lain di Kabupaten Malang. Acara ini berlangsung semalam suntuk yang dihadiri oleh orang nomor satu di Kabupaten Malang, Bupati H. Rendra Kresna. Bung Rendra disambut dengan kalungan bunga oleh masyarakat Ardirejo yang heterogen. Acara ini juga dihadiri oleh muspika Kepanjen, Camat Turen, Lurah Turen, Kepala Desa Tumpukrenteng dan para kepala desa diwilayah kecamatan Kepanjen. Masyarakatpun sangat antusias karena ada gelaran khas bersih desa yakni wayang kulit dengan dalang Kantut Sutanto asal Karangploso.Dalam sambutannya, bupati mengajak seluruh warga untuk selalu bersyukur atas segala rahmat dan karunia dari Allah SWT. “Ini adalah cerminan dari masyarakat yang agamis, yang pandai bersyukur,” ucap bupati. Melalui kegiatan seperti ini, sambung bupati, masyarakat akan bisa guyub rukun. Ia ingin, acara yang digelar setahun sekali ini bisa terus dipertahankan. “Biasanya yang memakai kata bersih desa adalah desa, tapi ini kelurahan. Itu mencerminkan kebersamaan yang guyub, penuh keakraban, kebersamaan dan dengan semangat kegotong royongan,” jelas bupati. Dalam kesempatan ini, Bung Rendra juga sempat memberikan potongan tumpeng kepada sesepuh Kelurahan Ardirejo yakni Bapak Untung. Setelah itu, sebelum dimulainya pagelaran wayang, bupati juga menyerahkan gulungan wayang kepada sang dalang.Dijelaskan salah satu sesepuh desa, Bapak Untung, keberadaan Kelurahan Ardirejo tak lepas dari babat alas dan buah perjuangan Ahmad Siman. “Makamnya sekarang ada di jalan Adiutomo, ditengah sawah,” kata Untung. Ahmad Siman sendiri berasal dari Pacitan. Ia adalah putra dari Mbah Jiman. Zaman dahulu, sekitar tahun 1800-an, ia mulai menetap didaerah ini dan kemudian memiliki 6 orang anak. “Empat anak menetap di Adiutomo, lalu yang  satu di Desa Dilem dan yang satunya lagi pindah ke daerah Gunung Kawi. Nah, yang di Gunung Kawi inilah kemudian dikenal dengan nama Eyang Djoego atau Kyai Zakaria,” ulas Untung. Dari sejarah tersebut, daerah ini juga semakin berkembang semenjak zaman penjajahan Belanda sampai saat ini.Sementara itu, ketua panitia bersih desa, Bambang Hariyanto mengungkapkan acara ini juga sekaligus untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Kabupaten Malang ke-1253. Kelurahan yang memiliki dua wilayah terpisah ini, yakni Krajan dan Bangsri, tergolong sebagai kelurahan yang cukup luas. Kedua wilayah ini dipisahkan areal persawahan yang cukup luas dan perlintasan kereta api. “Dengan wilayah yang luas ini, kami ingin mempersatukan warga. Itu karena seolah-olah jalan alternatif disana cukup sempit. Padahal jalan ini menjadi jalur alternatif jika dipusat kota Kepanjen macet seperti terjadi akhir pekan kemarin,” urai pria yang juga sebagai seorang anggota polisi ini. (azis/hum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar