Malang,Media
Rakyat
Baru
dibangun 1,5 tahun lalu, dua ruang kelas di SMPN 1 Wonosari Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Malang sudah ambruk. Ambruknya ruang kelas VII A dan VII B itu,
diduga karena kualitas bangunan yang buruk. Karena sedang libur sekolah, ,
Media bertemu dengan Suwoto, penjaga sekolah. Selain itu, juga ada pekerja yang
sedang mengerjakan pembangunan kelas baru di depan kelas yang ambruk.
"Kelasnya baru dibangun sekitar 1,5 tahun lalu," jelas Suwoto, Rabu
sore. Menurut Suwoto, kelas itu baru roboh pada Jumat (20/12/2013) lalu sekitar
pukul 14.00 WIB. Untunglah saat itu, semua siswa sudah pulang. Ia tidak
mengetahui penyebab ambruknya kelas itu, sebab saat itu Wonosari hanya gerimis.
"Harusnya bangunan swakelola lebih baik daripada kontraktual. Kalau sampai
roboh, berarti kualitas bangunannya yang buruk," tandas Achmad Andi, Wakil
Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Malang. Terkait hal itu Haris Nurfathoni,
pelaksana CV Sumber Lancar menyatakan mau bertanggungjawab atas perbaikan dua
kelas yang ambruk di SMPN 1 Wonosari, Kabupaten Malang. Untuk itu, telah
dikerahkan tiga tukang untuk membersihkan dua lokal kelas sejak Kamis
(26/12/2013). Material genteng masuk hari ini dan besok siang galvalum.
"Secepatnya akan saya perbaiki agar sebelum siswa masuk tanggal 6 Januari
2014 nanti bisa dipakai," janji Oon, panggilan akrabnya, Kamis
(26/12/2013). Atap ambruk di dua kelas itu sebenarnya terjadi pada Jumat
(20/12/2013) pukul 13.30 WIB. Kesalahan konstruksi karena tanpa membuat gewel
(kuda-kuda), maka atap galvalum dan genteng langsung ambruk ke dalam kelas. Di
dua kelas itu sendiri ada bangku-bangku yang juga ikut rusak kena runtuhan
galvalum dan genteng. Menurut Oon, sejak awal ia sudah menanyakan ketiadaan
gewel itu di gambar bestek."Saya sudah mengerjakan sesuai bestek. Memang
tidak ada gewelnya. Ketika saya tanyakan saat pengerjaan, kok aneh ya? Orang
dindik bilang saya harus mengerjakan sesuai gambar itu," tuturnya. Karena
itu, perbaikan kelas itu tanpa gewel seperti contoh gambar. Tapi setelah ada
kejadian ambruknya atap itu, ia tidak berani memperbaiki tanpa gewel.
"Nanti saya pasang pakai gewel. Daripada nanti ada apa-apa lagi,"
ujarnya. Menurutnya, ia mendapat proyek DAK 2011 untuk dua kelas itu sekitar Rp
200 jutaan. Dua kelas yang rusak itu adalah kelas VIIa dan VIIb. Tukang-tukang
yang membersihkan kelas mulai menyingkirkan reruntuhan batu bata,
potongan-potongan galvalum. Hujan yang terus menerus membuat kelas juga jadi
kotor. Dua kelas berderet itu sendiri berada di bagian belakang sekolah itu. Di
depan kelas rusak itu, juga sedang ada pembangunan RKB (ruang kelas baru)
dengan anggaran DAK 2013). Budi Iswoyo, Kadindik Kabupaten Malang menyatakan
menerima laporan kelas rusak itu pada 20 Desember 2013 lalu."Laporannya ke
saya karena angin kencang dan hujan," kata Budi Iswoyo terpisah.
Menurutnya, dua kelas itu memakai DAK 2011 dengan sistem kontraktual
(dikerjakan kontraktor). Katanya, meski proyek dikerjakan 2011, tapi kontraktor
mau tanggungjawab dengan memperbaiki kelas yang rusak. Agar tidak ada kejadian
seperti ini lagi, ia meminta pengawas benar-benar melaksanakan fungsinya.
Termasuk untuk proyek DAK 2013 yang dilaksanakan secara swakelola oleh sekolah
yang saat ini sedang dikerjakan. Sementara itu Polres Malang melakukan
Pengumpulan Bahan dan Keterangan (Pulbaket) terkait ambruknya dua kelas di SMPN
1 Wonosari, Kabupaten Malang, Jumat (20/12/2013), pukul 13.30 WIB, setelah
terjadi hujan. "Saya punya atensi terhadap kasus itu. Saya sudah minta ke
Kasat Reskrim untuk asistensi Pulbaket itu dan meminta Kapolsek Wonosari
mendatangi lokasi untuk mengumpulkan berbagai keterangan," jelas Kapolres
Malang AKBP Adi Deriyan Jayamarta kepada wartawan, Jumat (27/12/2013). Menurutnya,
Polsek Wonosari bertugas mengumpulkan bahan, termasuk dokumentasi terkait
proyek tersebut. "Nanti pemeriksaan dilakukan di Polres Malang,"
ujarnya. Dua kelas yang ambruk bagian atapnya itu merupakan proyek rehab
menggunakan dana DAK (Dana Alokasi Khusus) 2011. Diduga ada kesalahan
konstruksi sehingga atap dari rangka galvalum dan genteng itu ambruk ke dalam
kelas, Jumat (20/12/2013), pukul 13.30 WIB, setelah terjadi hujan. "Jika
dari konsultan perencananya ada yang tidak beres maka dia yang salah,"
katanya. Menurut Adi, kontraktor yang mendapat proyek itu harus mengerjakan
sendiri karena menyangkut masalah administrasi mengenai kemampuan mengerjakan
proyek. Jika nama perusahaan itu hanya dipinjam tapi yang mengerjakan orang
lain tetap tidak boleh. "Apa iya orang itu juga punya kemampuan?"
jelasnya. Setelah peristiwa itu dimuat media, 26 Desember 2013, kontraktor
memperbaiki dua kelas itu dengan mengirim tukang untuk membersihkan kelas dan
mengirim material berupa genteng dan galvalum, Kamis (26/12/2013) dan Jumat
(27/12/2013). Budi Iswoyo, Kadindik Kabupaten Malang menyatakan, sedang mencari
gambar perencanaan dua kelas yang ambruk itu. Apalagi ada pengakuan dari
pelaksana proyek bahwa di gambar perencanaan rehab kelas itu tidak ada gewel
(kuda-kuda) sehingga ketika ada beban air terus menerus di genteng, atapnya langsung
ambruk. "Pegawai Dindik yang menangani DAK 2011 sudah banyak yang pindah
sehingga harus dicari dulu gambar perencanaannya," katanya.
Ia berjanji akan memanggil konsultan perencana mengenai ambruknya atap dua
kelas itu. "Kontraktornya sudah bertanggungjawab memperbaiki dua kelas
itu," tuturnya. (****)