Malang Media
Rakyat
Kegiatan Bina Desa di Desa Sukoanyar Kecamatan
Pakis benar-benar ingin dimanfaatkan oleh Bupati Malang, H. Rendra Kresna untuk
bisa lebih dekat dengan masyarakat. Mendengar dan berdialog langsung untuk tahu
aspirasi warganya. Diawal kunjungannya di Desa Sukoanyar, dirinya langsung
menuju SDN 1 Sukoanyar untuk berdialog langsung dengan PGRI Kecamatan Pakis. Perubahan
paradigma kebudayaan yang berkembang di masyarakat menjadi salah satu topik khusus
yang dibahas dalam dialog ini. Pergeseran budaya yang terjadi di masyarakat
sudah menjadi fenomena tersendiri dan menjadi sesuatu yang cukup
memprihatinkan. Dalam kesempatan tersebut, Bupati menghimbau kepada seluruh
pendidik agar memiliki visi menciptakan anak didik yang tidak hanya pandai dan
jenius namun juga berkarakter, “Meskipun pembangunan fisik berhasil baik tidak
akan dapat memberikan kemaslahatan jika tidak dilaksanakan oleh orang-orang
yang berkarakter atau berbudi pekerti baik. Dan untuk bisa menghasilkan
anak-anak didik yang memiliki karakter, terlebih dahulu perlu adanya perubahan
pada diri guru itu sendiri. Seiring perkembangan jaman, juga terjadi perubahan
aturan main.”Dalam kesempatan tersebut orang nomor satu di Kabupaten Malang ini
juga mengucapkan terima kasih karena saat ini dunia pendidikan di Kabupaten
Malang juga turut andil melestarikan budaya tradisional, beberapa diantaranya
diajarkannya olah raga gobak sodor, kasti dan masih banyak lagi di sekolah. “Budaya dan juga kesenian tradisional yang
terus kita pupuk diharapkan akan mampu mengurangi dampak dan menjadi filter
bagi kebudayaan asing yang masuk. Untuk membendung kebudayaan asing masuk,
jelas itu tidak mungkin karena kita sudah memasuki era kebebasan. Namun melalui
upaya pelestarian budaya dan olah raga tradisional setidaknya dapat mengurangi
dampak negatif budaya asing.”Senada, Wakil Ketua PGRI Kabupaten Malang, Drs.
Sutikno, MZ mengatakan, “Jika dahulu,
budaya yang berkembang di masyarakat masih begitu mengagungkan budaya
ketimuran. Lain halnya dengan masa sekarang. Di era 60an jika kita kebetulan
melihat baju pujaan hati yang sedang dijemur di depan rumahnya, hati kita sudah
senang bukan main. Diera 70an sudah berkembang lagi, dengan melihat orangnya.
Dan ini terus berlanjut diera berikutnya dengan memegang ujung jari. Begitu
seterusnya, hingga saat ini budaya itupun sudah berubah. Pandangan juga
berubah. Dikalangan muda tidak lagi sekedar bergandeng tangan bahkan lebih dari
itu sudah dianggap suatu yang lumrah.”Perubahan yang terjadi saat ini
menurutnya tidak lepas dari perkembangan zaman dan teknologi. Dirinya merasa
prihatin dengan perkembangan budaya yang terjadi saat ini, seperti mengalir
tanpa ada yang membendung. “Saat ini malahan banyak sekali bermunculan lagu-lagu
yang terbilang kurang sopan dan tidak cocok didengar ataupun ditirukan
anak-anak. “Maka dari itu dirinya mengajak kepada seluruh pendidik yang
tergabung dalam PGRI untuk bersama-sama mengatasi tantangan ini. Mari kita
bersama-sama membentengi budaya kita dengan cara melestarikan budaya daerah
yang adi luhur.”Mengutip pernyataan Bupati tentang perubahan aturan main dalam
mendidik, Sutikno berpendapat jika guru hendaknya bisa membetulkan setiap
kesalahan murid dengan kasih sayang. “Dengan kasih sayang, maka pembetulan dan
pelajaran yang kita berikan akan mudah diterima,” terangnya sambil berkisah
tentang pengalamannya semasa sekolah dulu.(azis/in)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar