Laman

Minggu, 19 Januari 2014

Budaya Jadi Topik Dialog Bupati dan PGRI



Malang Media Rakyat
 Kegiatan Bina Desa di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis benar-benar ingin dimanfaatkan oleh Bupati Malang, H. Rendra Kresna untuk bisa lebih dekat dengan masyarakat. Mendengar dan berdialog langsung untuk tahu aspirasi warganya. Diawal kunjungannya di Desa Sukoanyar, dirinya langsung menuju SDN 1 Sukoanyar untuk berdialog langsung dengan PGRI Kecamatan Pakis. Perubahan paradigma kebudayaan yang berkembang di masyarakat menjadi salah satu topik khusus yang dibahas dalam dialog ini. Pergeseran budaya yang terjadi di masyarakat sudah menjadi fenomena tersendiri dan menjadi sesuatu yang cukup memprihatinkan. Dalam kesempatan tersebut, Bupati menghimbau kepada seluruh pendidik agar memiliki visi menciptakan anak didik yang tidak hanya pandai dan jenius namun juga berkarakter, “Meskipun pembangunan fisik berhasil baik tidak akan dapat memberikan kemaslahatan jika tidak dilaksanakan oleh orang-orang yang berkarakter atau berbudi pekerti baik. Dan untuk bisa menghasilkan anak-anak didik yang memiliki karakter, terlebih dahulu perlu adanya perubahan pada diri guru itu sendiri. Seiring perkembangan jaman, juga terjadi perubahan aturan main.”Dalam kesempatan tersebut orang nomor satu di Kabupaten Malang ini juga mengucapkan terima kasih karena saat ini dunia pendidikan di Kabupaten Malang juga turut andil melestarikan budaya tradisional, beberapa diantaranya diajarkannya olah raga gobak sodor, kasti dan masih banyak lagi di sekolah.  “Budaya dan juga kesenian tradisional yang terus kita pupuk diharapkan akan mampu mengurangi dampak dan menjadi filter bagi kebudayaan asing yang masuk. Untuk membendung kebudayaan asing masuk, jelas itu tidak mungkin karena kita sudah memasuki era kebebasan. Namun melalui upaya pelestarian budaya dan olah raga tradisional setidaknya dapat mengurangi dampak negatif budaya asing.”Senada, Wakil Ketua PGRI Kabupaten Malang, Drs. Sutikno, MZ  mengatakan, “Jika dahulu, budaya yang berkembang di masyarakat masih begitu mengagungkan budaya ketimuran. Lain halnya dengan masa sekarang. Di era 60an jika kita kebetulan melihat baju pujaan hati yang sedang dijemur di depan rumahnya, hati kita sudah senang bukan main. Diera 70an sudah berkembang lagi, dengan melihat orangnya. Dan ini terus berlanjut diera berikutnya dengan memegang ujung jari. Begitu seterusnya, hingga saat ini budaya itupun sudah berubah. Pandangan juga berubah. Dikalangan muda tidak lagi sekedar bergandeng tangan bahkan lebih dari itu sudah dianggap suatu yang lumrah.”Perubahan yang terjadi saat ini menurutnya tidak lepas dari perkembangan zaman dan teknologi. Dirinya merasa prihatin dengan perkembangan budaya yang terjadi saat ini, seperti mengalir tanpa ada yang membendung. “Saat ini malahan banyak sekali bermunculan lagu-lagu yang terbilang kurang sopan dan tidak cocok didengar ataupun ditirukan anak-anak. “Maka dari itu dirinya mengajak kepada seluruh pendidik yang tergabung dalam PGRI untuk bersama-sama mengatasi tantangan ini. Mari kita bersama-sama membentengi budaya kita dengan cara melestarikan budaya daerah yang adi luhur.”Mengutip pernyataan Bupati tentang perubahan aturan main dalam mendidik, Sutikno berpendapat jika guru hendaknya bisa membetulkan setiap kesalahan murid dengan kasih sayang. “Dengan kasih sayang, maka pembetulan dan pelajaran yang kita berikan akan mudah diterima,” terangnya sambil berkisah tentang pengalamannya semasa sekolah dulu.(azis/in)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar