Laman

Selasa, 18 Juni 2013

Bupati Serahkan 3 Unit Mobil Ambulan


Malang, Media Rakyat
 Usai apel pagi yang digelar di Halaman Pendopo Agung Kabupaten Malang, Senin (17/6). Bupati Malang, H. Rendra Kresna menyerahkan tiga unit ambulan kepada tiga puskesmas yang masing-masing diterima langsung oleh kepala puskesmanya. Ketiga puskesmas tersebut adalah Puskesmas Dau, Puskesmas Wonokerto, Bantur, dan Puskesmas Sumbermanjing Wetan. Ketiga unit mobil ambulan ini, dua diantaranya adalah bantuan dari Kementerian Kesehatan RI, dan satu unit lagi adalahbentukCorporate social responsibility (CSR) dari Yamaha Surabaya. Dalam sambutanya Bupatimengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan yang telah memberikanbanyak perhatian di bidang kesehatan di Kabupaten Malang, baik yang secara langsung melalui tugas-tugas pembantuan maupun pemberian bantuan fisik seperti halnya bantuan mobil ambulan yang diserahkan pagi ini. Bupati mengajak kepada semua pihak di jajarannya untuk terus bekerja keras di dalam melaksanakan pembangunan ”Mari bekerja keras agar keterbatasan-keterbatasan sarana dan prasarana untuk menunjang pembangunan bidang kesehatan juga mendapat perhatian. Sehingga akan lebih memberikan kemudahan dalam pelaksanaannya maupun manfaatnya dalam kegiatan tersebut.”Kegiatan serah terima mobil ambulan ini juga dihadiri oleh anggota Komisi IX DPR RI, Endang Sarwan Hamid. Kesempatan ini tidak disia-siakan Bupati untuk mengucapkan terima kasih atas upaya yang juga dilakukan oleh Ibu Sarwan Hamid hingga diterimanya bantuan ini. Bupati juga menitipkan pesan kepada anggota Komisi IX ini untuk bisa menginformasikan ke pusat bahwa jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Malang dalam pelaksanaan tugasnya masih memerlukan bantuan sarana dan prasarana dari Pemerintah Pusat.  “Tidak sedikit ambulan yang dimiliki oleh Pemkab Malang yang tersebar di puskesmas-puskesmas, yang berumur lebih dari 25 tahun, tentunya itu akan menjadi kendala pula dalam pemberian pelayanan. Apalagi saat ini sangat dibutuhkan sarpras yang betul-betul bisa dipakai tepat waktu. Ditambah lagi hampir sebagian wilayah Kabupaten Malang adalah wilayah pegunungan,” terang Bung Rendra. (ziz/hms)
 

Selasa, 21 Mei 2013

Tunjangan Profesi Guru Masih Belum Jelas


JAKARTA, Media Rakyat
 Tunjangan Profesi Guru (TPG) sampai saat ini belum juga ada penyelesaian bahkan tidak jelas kendati usulan Pengurus Besar PGRI telah direspon oleh pemerintah mengenai peningkatan profesional guru, kesejahteraanguru,perlindungan guru, termasuk pelaksanaan sertifikasi guru, namun nyatanya masih banyak pengaduan yang diterima. "Wong itu jelas, orangny ada, jumlah gajinya ada, uangnya ada, kalau ada kenaikan gaji bisa juga diprediksi tahun ini naik berapa persen, berkala berapa persen gitu. Saya kira supaya tidak menggelisahkan sebuah sistem yang bagus dan jelas. Setelah itu kita minta guru bekerja dengan baik sesuai dengan kemampuan danprofesionalitasnya. jadi kita beri haknya dan kita tuntut bekerja dengan baik. Saya kira yang utama itu," tandas Ketum PB PGRI Sulistiyo.Lebih lanjut, soal beda pendapat antara masukan yang diterima PGRI maupun masukan yang diterima Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut Sulistiyo sudah menjadi haknya Kemendikbud mengungkapkan persoalan akan tetapi dalam implikasinya tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. "Memang benar anggaran pendidikan ada didaerah, setelah dicek ada uang tertinggal, misalnya di Kabupaten Jepara Rp4,9 milyar, di Rembang Rp6,7 milyar tapi untuk membayar satu bulan tidak cukup apalagi bila uangnya dibagikan tidak cukup gitu, maka tertinggal, tapi tertinggalnya bukan karena belum dibayarkan, apalagi dana pendidikan untuk tahun 2013 sekitar Rp40 triliun lebih," jelasnya. Oleh karena itu, menurut keterangan Ketum PB PGRI yang diwawancarai wartawan HR, guru yang punya hak yang sudah sertifikasi harus dirubah sistemnya, selain itu harus diupayakan agar pekerjaannya betul-betul meningkat. Tetapi dikatakan Sulistiyo yang juga anggota DPD RI mengatakan tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan stressing pada kondisi guru di Indonesia. "Yang mendapat tunjangan guru adalah yang telah mendapat sertifikasi sedangkan yang belum mendapat sertifikasi guru belum mendapat tunjangan," ujarnya.Apalagi diungkapkan Sulistiyo banyak persoalan guru yang kurang jelas berapa kekurangan guru, sampai berapa jumlah guru pun datanya tidak valid. Kedua perlakuan terhadap guru non PNS, guru swasta, guru honorer itu tidak jelas, sistem kepegawaiannya tidak ada. Terakhir sistem profesional guru di Kabupaten/Kota tidak dilakukan dengan baik."Padahal Menteri pernah berjanji semua Ujian Kompetensi Guru (UKG) akan dilatih namun sampai hari ini tidak dilakukan malah setahu saya tidak ada anggarannya untuk itu. Itu saja belum dilakukan apalagi guru honorer tercatat saja belum tentu oleh kementerian," tandasnya. Lebih jauh ia menilai bahwa pemerintah dalam mengurusi persoalan guru dianggap tidak rapi terhadap penanganannya karena guru pernah mengusulkan salah satu badan agar penanganan guru tidak semrawut. Namun dijelaskan Sulistiyo, guru diminta bekerja dengan baik karena PGRI tetap berjuang bersama demi kesejahteraan guru semakin bermartabat.Sulistiyo berharap, pemerintah punya kewajiban untuk melaksanakan regulasi walaupun dalam implementasinya yang kelihatannya kurang bagus harus diperbaiki."Padahal UUGD sudah baik tapi belum dilaksanakan dengan baik dan mengurusi guru itu dari hulu ke hilir mulai pengadaan guru tapi kita masih tidak puas bagaimana kewenangan pemerintah pusat dan Kabupaten/Kotam bahkan guru yang menjadi bagian otonomi daerah juga belum tertib untuk dikelola dengan baik di Kabupaten/Kota," imbuhnya.Oleh karena, Ketum PB PGRI sekarang ini tengah membenahi profesi guru setelah menghadiri undangan Menteri Pendidikan Belanda untuk mengikuti pertemuan tingkat tinggi bersama Organisasi Guru Dunia. Organisasi Guru Dunia mengakui PGRI sebagai Organisasi Profesi Guru, hanya saja adaoknum di Kementerian Pendidikan yang tidak faham soal PGRI."Jadi saya tidak merisaukan itu karena memang harus bagaimana kalau orang tidak tahu. Kalau tidak tahu sebaiknya tidak usah banyak bicara daripada banyak bicara malah merepotkan seluruh guru di Indonesia," tambahnya. Ditegaskan Sulistiyo setelah dari Amsterdam, ia menitikberatan pada pembinaan dan profesi guru bukan untuk menghukum guru dan bukan untuk memberi sanksi guru serta tidak menakut-nakuti guru. Selain daripada itu, ia menegaskan pendidikan perlu semakin inklusif dan transparan pada tahun 2015, karena Negara harus menyediakan akses dan mutu pendidikan bagi semua warga negara. Saat di Amsterdam, hal itu diungkapkan secara bersama oleh Organisasi Guru Dunia Education International (EI) dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) terkait pendidikan untuk semua pasca 2015. Namun pernyataan itu disampaikan Presiden EI Susan Hopgood dan Ketum PB PGRI kepada Pemerintah Indonesia melalui Kepala Unit Kerja Presiden untuk pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Kuntoro Mangunsubroto.Dikatakan Sulistiyo, Selasa (26/3) yang dirilis harian kompas 27 Maret 2013 di Jakarta menyatakan EI dan PGRI menyepakati pendidikan tetaplah prioritas dalam merancang agenda pembangunan global pasca 2015. pemerintah dan pemerintah daerah harus memberi jaminan perluasan akses dan peningkatan mutu pendidikan di semua jalur dan jenjang pendidikan, mulai anak usia dini sampai pendidikan tinggi. Susan mendorong Pemerintah Indonesia tetap komitmen meningkatkan pendidikan pasca 2015."Pendidikan untuk semua di Indonesia masih belum bisa tuntas, pemberantasan buta aksara misalnya, masih dilakukan berdasarkan proyek. Akibatnya banyak warga buta aksara bisa melek aksara selama proyek," tandasnya. Terkait peran guru, EI menekankan bahwa guru itu sumber daya pendidikan terpenting bagi siswa dan mutu pendidikan. Naun kontribusi guru tidak selalu dihargai dengan baik. Guru sering disalahkan jika ada kekurangan dalam sistem pendidikan sedangkan pendidikan dan pelatihan guru dianggap tidak produktif dan mahal."EI mendorong agar agenda pembangunan global untuk pendidikan menempatkan gurusecara profesional," imbuh Sulistiyo. dedy mulyadi(**)

Senin, 20 Mei 2013

Bupati Resmi Ngantor di Kepanjen


Malang Media Rakyat
Tasyakuran dalam rangka menempati kantor Bupati yang baru di Jalan Raya Panji, Kecamatan Kepanjen ini digelar di Pendopo baru Kamis (16/05) kemarin. Hadir dalam acara tersebut Bupati Malang Rendra Kresna bersanding dengan jajaran Formpinda yaitu Kapolres Malang AKBP Adi Deriyan Jayamarta. Hadir pula Ketua PN Kepanjen, Kepala Kejaksaan Negeri Kepanjen, Sekretaris Daerah, dan juga Ketua Pengadilan Agama (PA) Kepanjen Kabupaten Malang. Serta Semua Kepala SPKP dan Camat se Kabupaten Malang.Dalam sambutannya, Bupati Malang mengatakan dengan tasyakuran dan pemotongan tumpeng ini bisa memberikan makna, agar seluruh SKPD diberi keselamatan dan terhindar dari bencana. Secara bertahap nantinya, seluruh infrastruktur pada kantor baru di Kepanjen ini akan dilakukan pembangunan dan perbaikan secara berkala. "Mulai hari ini Kamis (16/5) siang, kantor pusat Pemerintah Kabupaten Malang resmi di Kepanjen. Sambil menunggu fasilitas perkantoran selesai dibangun keseluruhan, sementara saya akan berkantor di rumah dinas dulu," ungkap bung Rendra, sapaan akrab Bupati malang ini.Bupati juga berharap, dengan tasyakuran ini, nanti pada Hari Jadi Kabupaten Malang, pada bulan November, semua kantor sudah berpusat disini untuk melayani masyarakat. "Memang, masih banyak yang harus kita kerjakan, termasuk soal anggaran perbaikan kantor baru ini. Karena itu, harus betul-betul cermat dalam mengelola anggaran," harap Bupati yang menyebut jika anggaran pembangunan kantor barunya, sudah masuk pada tahap keenam pembangunannya.Usai memberikan sambutannya Bupati Malang H. Rendra Kresna langsung memotong tumpeng, yang kemudian di berikan kepada Sekertaris Daerah Abdul Malik.(ziz/hms)

Bupati Membuka Olahraga Tradisional


Malang Media Rakyat
 Sebagai upaya melestarikan budaya olahraga tradisional Pemerintah Kabupaten Malang menyelenggarakan kegiatan lomba / invitasi olahraga tradisional madep manteb dalam rangka memperingati hari Kebangkitan Nasional 2013 yang dilaksanakan di lapangan luar stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kamis kemarin (16/05). Kegiatan tersebut di buka langsung oleh Bupati Malang H. Rendra Kresna.Ir.Helijanti Koentari Ketua panitia yang juga Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Malang ini menjelaskan dalam laporannya bahwa, kegiatan ini mempunyai tiga tujuan, yang pertama adalah memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Yang kedua adalah mempopulerkan kembali olahraga tradisional dan mewujudkan Mensana In Copore Sano ( di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat ). Kemudian yang ketiga adalah terwujudnya olahraga yang produktif dan berdaya saing sesuai dengan visi misi Madep Manteb. Adapun para peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah karyawan / karyawati di lingkungan Pemerintah Kabupaten Malang dan mempertandingkan 12 jenis lomba atau permainan tersebut adalah: 1. Jenthik (Pathil lele), 2. Bangalan (Gangsingan), 3. Sprente, 4.Gepok Bantal, 5. Layang-layang, 6. Gopak Sodor, 7. Bola Bekel, 8. Englek, 9. Bek Tor, 10. Yoyo, 11. Dakon, 12. Egrang.Dalam sambutan Bupati Malang mengatakan bahwa, tidak sedikit olahraga yang kita lakukan di Indonesia tak terkecuali di Kabupaten Malang, kesenian kebudayaan yang berasal dari luar kita tiru tetapi potensi yang kita miliki di tinggalkan.“Jangan kemudian kita lupa dengan kebudayaan yang kita miliki, kemudian di tinggalkan bahkan ada yang sekaligus merasa kalau melakukan kegiatan-kegiatan tradisional dianggapnya kita orang kuno, yang di luar negeri diposisikan lebih tinggi dari pada apa yang kita miliki, hal itu tidak menjadi semagat kebangkitan bagi kita,” ungkap Bupati. Bupati berharap khususnya kepada para Guru, Kepala SKPD dan siapapun untuk mengembangan olahraga tradisional ini. “Bahwa apa yang kita miliki semua harus kita bangun, kita cintai dan akan terus kita tumbuh kembangkan olehraga nasional kesenian tradisional dan kebudayaan lokal, dengan demikian kita merasa bangga mejadi anak bangsa Indonesia,” harapnya. (ziz/hmz)