Laman

Kamis, 05 Maret 2015

Alasan Pelajar SMA Pinggiran Pindah ke SMA Favorit Kota Malang



MALANG.Media Rakyat
Fenomena aneh terjadi di Kota Malang. Banyak pelajar SMA pinggiran berbondong-bondong hijrah ke SMA favorit yang ada di pusat kota yang identik dengan Aremania ini.Informasi yang diperoleh dari salah satu wali murid menyebutkan rata-rata alasan siswa SMA pinggiran yang pindah ke SMA favorit karena faktor lingkungan. Lokasi sekolah pinggiran membuat orangtua kesulitan mengawasi putra-putrinya.Untuk itu, pada tengah semester, orangtua memindahkan putranya di sekolah favorit yang lokasinya di tengah kota. “Kebanyakan, alasan para orangtua karena lingkungan. Mereka sulit mengawasi pergaulan putranya, makanya memindahkan ke sekolah di tengah kota,” kata sumber itu yang enggan identitasnya ditampilkan, .Dikatakannya, para siswa yang pindah dari SMA pinggiran ke SMA favorit hanya diwajibkan membayar uang gedung. Berapa nilai uang gedung, ia belum tahu. “Katanya hanya disuruh bayar uang gedung. Soal berapa nilainya, mereka tidak cerita,” ujarnya.Sebelumnya diberitakan, sejumlah siswa yang tak masuk ke dalam sekolah favorit, saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lalu,memanfaatkan momen tengah semester ini untuk pindah ke sekolah favorit.Sekolah favorit yang menjadi tujuan para siswa migrasi ini adalah SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 4. Di tiga sekolah ini setidaknya ada puluhan siswa baru yang migrasi sekolah dalam kota. Namun, terbanyak di SMA Negeri 4.Informasinya,  Sementar di SMA Negeri 4 ada sebanyak enam orang. Siswa(zis)


Bupati Malang Tunjuk Trio S Jadi Direktur PDAM



Malang Media Rakyat
 Bupati Malang, H Rendra Kresna melantik dan mengambil sumpah jabatan tiga pejabat di jajaran Direksi PDAM Kabupaten Malang di Pendopo Panji Kota Kepanjen, Rabu  sore tadi. Dalam jajaran direksi yang baru, orang nomer satu di Kabupaten Malang ini menetapkan Syamsul Hadi, S.Sos, MM sebagai Direktur PDAM Kabupaten Malang masa jabatan 2015-2019.Syamsul yang sebelumnya duduk di kursi Direktur Teknik PDAM Kabupaten Malang, menggantikan Adroi yang menjabat sebagai Direktur PDAM selama masa jabatan lima tahun sebelumnya. Sedangkan dua pejabat lainnya yang dilantik adalah Hj Sulasmani, SE sebagai Direktur Umum PDAM dan Suroto, SE, MM sebagai Direktur Teknik PDAM. Jabatan bagi Trio S (Syamsul-Sulasmani-Suroto) mulai berlaku sejak tanggal diterbitkan surat keputusan (SK) pada 18 Februari, hari ini."Saya percaya ketiga pejabat baru di Direksi PDAM bisa menjalankan tugas dan kwajibannya. PDAM punya dua fungsi pelayanan sosial dan menjalankan bisnis. Ia berharap, salah satunya bagaimana mempercepat penyediaan dan ketersediaan bagi masyarakat, tentunya harus dijalankan bersama-sama dinas terkait. Serta, ia meminta PDAM untuk bisa mengurangi losses (kebocoran, Red)dan rasio stabilitesnya, sehingga ikut mampu meningkatkan potensi bisnisnya," ucap Rendra dalam sambutannya.Pelaksanaan acara pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan berjalan lancar. Rendra memimpin prosesi pengambilan sumpah bagi ketiga pejabat baru tersebut. Trio S sendiri juga secara tegas menirukan kalimat sumpah jabatan dihadapan bupati yang didampingi rohaniwan. Acara sore tadi juga dihadiri Sekretaris Daerah Kabupaten Malang sekaligus Pengawas PDAM, Abdul Malik beserta ibu serta jajaran SKPD di lingkungan Pemkab Malang, Camat, sejumlah petinggi di PDAM dan tamu undangan.Trio S mendapat sejumlah PR dari Rendra. Salah satunya adalah menyelesaikan masalah pengelolaan sumber air Sumber Pitu, Kecamatan Tumpang. Ketiganya diminta secara bersama-sama bisa melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat, tak terkecuali dengan Gapoktan. Dengan harapan, apa yang menjadi keinginan masyarakat dalam penyediaan air bersih bisa diterjemahkan."Selamat atas pelantikan jabatan bagi Pak Syamsul, Bu Sulasmani dan Pak Suroto. Selamat bersama-sama menjalankan tugas," ucap Rendra menutup sambutan.,,,(zis/hum)

Seluruh Puskesmas Kabupaten Malang Bakal Layani Rawat Inap



 malang –Media Rakyat
 Bupati Malang, Rendra Kresna punya harapan terkait peremajaan Puskesmas di Kabupaten Malang.Rendra berharap, seluruh Puskesmas di Kabupaten Malang, nantinya akan bisa melayani rawat inap.“Statusnya bisa meningkat. Targetnya bisa menjadi Puskesmas rawat inap. Tidak sekedar memberi rujukan dan rawat jalan," jelas Rendra Kresna, saat meresmikan kantor UPTD Laboratorium Kesehatan Kabupaten Malang.Meski demikian, menurut Rendra, Puskesmas tetap akan berbeda dengan rumah sakit. Sebab, Puskesmas yang memiliki rawat inap, hanya punya beberapa ruang rawat saja."Belum seperti di RSUD Lawang dan RSUD Kepanjen," kata Rendra.Saat ini, memang belum banyak Puskesmas di Kabupaten Malang yang memiliki fasilitas rawat inap. Tapi, ke depan, jumlahnya akan semakin banyak.Peremajaan Puskesmas kata Rendra, merupakan salah satu tanda keberhasilan pembangunan di daerah.Ia mengatakan, untuk mengukur keberhasilan daerah, ada tiga indikator yang digunakan, yaitu kesehatan, pendidikan dan daya beli."Menurut saya, setiap tahunnya, indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Malang meningkat. Jika kesehatan baik, maka terkorelasi dengan pendidikan dan berdampak pada daya beli." Terang Rendra. (zis/hum)

GENERASI MALING



Koruptor adalah maling. Istri koruptor berarti istrinya maling. Anak koruptor juga anaknya maling. Orangtua koruptor sama dengan orangtuanya maling. Dan maling, adalah sebuah predikat yang paling hina, nilai moralnya jauh di bawah pengemis. Artinya, menjadi mengemis masih sedikit bergengsi dari pada menjadi maling, karena apa yang diperoleh oleh pengemis masih bernuansakan spiritual, masih ada nilai kesabaran dan keikhlasan. Sedangkan yang dimiliki oleh koruptor, seratus persen nafsu keserakahan. Nafsu keserakahan adalah nafsu yang dimiliki oleh iblis dan setan. Maka tidak salah bila disimpulkan bahwa koruptor adalah wujud jasmaniah manusia yang berjiwa iblis dan setan. Yang di dunia di nista, dan di akhirat di laknat.
Bagaimana proses kelahiran seorang koruptor ?  Saya menjadi setuju dengan teori genetika yang dicetuskan oleh Gregor Johann Mendel.  Koruptor tidak lahir secara serta merta merwarnai kancah kehidupan manusia dengan berbagai aspeknya. Seorang koruptor pasti lahir dari generasi sebelumnya yang juga koruptor. Entah bapaknya dulu maling, emaknya jabret, atau embahnya rampok. Gen yang terdapat dalam diri seorang koruptor bersifat generatif, yang diperolehnya secara turun temurun dari pendahulunya. Bisa secara langsung dari generasi di atasnya, bisa pula dari generasi jauh di atasnya lagi. Yang pasti, bukan hanya faktor kesempatan yang membuat lahirnya niat jahat, tapi warisan kehajatan yang memang sudah melekat.
Bagaimana memutus mata rantai generika ?  Secara keilmuan, mata rantai genetika tidak dapat diputus, karena telah menjadi bagian dari ciri-ciri perilaku kehidupan manusia. Sedikit atau banyak, perilaku manusia dan ciri-ciri fisiknya dipengaruhi oleh generasi kehidupan sebelumnya. Namun dengan rekayasa genetika terbukti dapat dilakukan upaya untuk meminimalisir besarnya pengaruh dari gen yang dibawanya. Dalam konteks tulisan ini, yang diperlukan adalah niat dan kejujuran.
Sebelum seseorang memegang tampuk kekuasan atau jabatan apapun, ada baiknya melakukan introspeksi diri untuk mengetahui seberapa besar prosentase kejahatan yang ada di dalam dirinya,  atau setidaknya mengukur kecenderungan-kecenderungan yang mungkin bisa muncul bila kesempatan untuk melakukan kejahatan ada di depan mata.
Jika kemudian diketahui bahwa kakek buyutnya dulu adalah seorang maling, dan menyadari kalau dirinya juga memilki insting yang baik untuk menjadi maling, maka jika ingin memutus mata rantai genetika, harus berani mengurungkan niat untuk menjadi pejabat. Karena kalau memaksakan diri menjadi pejabat, bisa dipastikan akan menjadi pejabat yang juga berprofesi ganda sebagai maling alias koruptor.   Harus berani memilih profesi lain yang lebih terhormat dari anggota DPR, misalnya menjadi tukang tambal ban.
            Di Indonesia, industri topeng sangat laku keras. Para perajin topeng mengaku kewalahan memenuhi banyaknya pesanan. Tapi anehnya, pesanan topeng tidak berasal dari turis mancanegara yang mengangumi tradisi dan budaya Indonesia. Kebutuhan topeng justru untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sendiri. Terlebih ketika menjelang pemilihan kepala daerah atau kepala negara. Karakteristik topeng tertentu sangat dibutuhkan untuk menutupi wajah-wajah para penipu yang berlagak bijak. Para calon maling butuh topeng untuk menutupi sorot mata liarnya, yang melirik sana sini, menghitung apa saja yang bisa dimakan ketika kedudukan sudah berhasil di dapatkan.  Dan ironisnya, masyarakat selalu saja tertipu oleh para maling yang bertopeng negarawan dan dermawan.
            Karena secara kutural telah lahir dari generasi maling, maka mencuri, merampok dan menjarah bukan lagi menjadi aib yang patut untuk di sesali. Tidak terlihat sedikitpun ekspresi penyesalan dan kesedihan ketika kedok telah di tanggalkan. Mereka bahkan menyunggingkan senyum, seolah merasa bangga telah berhasil mewarisi bakat dari nenek moyangnya. Berbeda dengan mereka yang mencuri secara kondisional, yang tidak tumbuh secara generatif dari gen nya maling, ekspresi kesedihan dan penyesalan tergambar jelas di wajah mereka. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berargumentasi, tidak pula mencari dalih untuk melegitimasi perbuatannya. Walau yang mereka ambil hanya segenggam biji kopi.
            Upaya-upaya yang dilakukan oleh institusi penegak hukum seperti KPK hanyalah ibarat memotong rumput yang tumbuh subuh di halaman rumah. Hari ini dipotong, besok akan tumbuh subur lagi. Tidak akan pernah bisa mencabut sampai ke akar-akarnya. Karena akar dari rumput tersebut sudah menjadi bagian dari fondasi sistem yang dibangun oleh para malingnya sendiri. Rumput di potong hanya menjadi indah secara estetika, tapi tidak menyentuh pada substansi pemotongannya..*****


Jhoni  Saputra